WONG JOWO IN THE BLOG MENGUCAPKAN "SELAMAT TAHUN BARU MASEHI 2018", SEMOGA DITAHUN BARU INI GUSTI ALLAH SWT,BANYAK BERKAH DAN BAROKAH, SEHINGGA MENAMBAH KESEMPURNAAN HIDUP DAN IBADAH KITA, AMIN YA RABBAL ALAMIN

Saturday, April 1, 2017

MAKNA FILOSOFI DARI KEMBANG/BUNGA

KEMBANG/BUNGA

Di dalam bahasa Indonesia disebut bunga. Mempunyai arti filosofis agar kita dan keluarga senantiasa mendapatkan “keharuman/wangi” dari para leluhur. Keharuman merupakan kiasan dari berkah-safa’at(petunjuk) yang berlimpah dari para leluhur, dapat mengalir (sumrambah) kepada anak turunnya. ada istilah mengenai penghormatan kepada leluhur yaitu Desa mawa cara, negara mawa tata, yang artinya setiap daerah beda adat masyarakatnya, beda adat leluhurnya, beda pula adat tradisi dan tata cara penghormatannya. aroma wangi yang terpancar dari bunga serta  berbagai jenis dedaunan  tertentu sering menjadi penanda bau khas salah satu leluhur kita. Bila bau harum bunga tiba-tiba hadir di sekitar anda, kemungkinan besar ada salah satu leluhur anda yang hadir di dekat anda berada.

BUNGA KANTIL (Kembang KANTHIL, kanthi laku, tansah kumanthil)

BUNGA KANTIL
     Atau simbol pepeling bahwa untuk meraih ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lekase kalawan kas, tegese kas iku nyantosani (Serat Wedhatama). Maksudnya, untuk meraih ilmu spiritual serta meraih kesuksesan lahir dan batin, setiap orang tidak cukup hanya dengan memohon-mohon doa. Kesadaran spiritual tak akan bisa dialami secara lahir dan batin tanpa adanya penghayatan akan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari (lakutama atau perilaku yang utama). Bunga kanthil berarti pula, adanya tali rasa, atau tansah kumanthil-kanthil, yang bermakna pula kasih sayang yang mendalam tiada terputus. Yakni cirahan kasih sayang kepada seluruh makhluk, kepada kedua orang tuanya dan para leluhurnya. Bukankah hidup ini pada dasarnya untuk saling memberi dan menerima kasih sayang kepada dan dari seluruh makhluk. Jika semua umat manusia bisa melakukan hal demikian tanpa terkotak-kotak ragam “kulit” agama, niscaya bumi ini akan damai, tenteram, dan sejahtera lahir dan batinnya. Tak ada lagi pertumpahan darah dan ribuan nyawa melayang gara-gara masing-masing umat manusia (yang sesungguhnya maha lemah) tetapi merasa dirinya disuruh tuhan yang Maha Kuasa. Tak ada lagi manusia yang mengklaim diri menjadi utusanNya untuk membela tuhan Yang Maha Kuasa. Yaah, mudah-mudahan untuk ke depan tuhan tak usah mengutus-utus manusia membela diriNya. Kalau memang kita percaya kemutlakan kekuasaan Tuhan, biarkan tuhan sendiri yang membela diriNya, biarkan tuhan yang menegakkan jalanNya untuk manusia, pasti bisa walau tanpa adanya peran manusia! Toh tuhan maha kuasa, pasti akan lebih aman, tenteram, damai. Tidak seperti halnya manusia yang suka pertumpahan darah !! Seumpama membersihkan lantai dengan menggunakan lap yang kotor.

BUNGA MAWAR (Kembang Ross/Mawi-Arsa, roso saka njero ati/kolbu).
   
BUNGA MAWAR
 Dalam berucap dan berbicara hendaknya kita selalu mengandung ketulusan dari hati nurani yang paling dalam atau Mawar, awar-awar ben tawar. Buatlah hati menjadi “tawar” alias tulus. Lahir dan batin haruslah selalu sama, kompak, tidak munafik. Menjalani segala sesuatu tidak asal bunyi, tidak asal-asalan. Kembang mawar, atau ross/Mawi-Arsa, bermakna filosofis bahwa  setiap orang melakukan segala kebaikan hendaklah melibatkan hati (sembah kalbu), jangan hanya dilakukan secara gerak ragawi saja. atau arti lain Jadi niat tersebut harus berdasarkan ketulusan, menjalani segala sesuatu tanpa pamrih (tapa ngrame) sekalipun pamrih mengharap-harap pahala(upah). kembang mwar sendiri dibagi menjadi dua yaitu :

Mawar Merah : yang berarti Mawar Merah melambangkan proses terjadinya atau lahirnya diri kita ke                           dunia fana. Yaknilambang dumadine jalma menungsamelalui langkah Triwikrama.                               Mawar merah melambangkan ibu. Ibu adalah tempat per-empu-an di dalam mana                                 jiwa-raga kita diukir. Dalam bancakan weton dilambangkan juga berupa bubur merah                           (bubur manis gula jawa).
Mawar Putih : yang berarti Mawar putih adalah perlambang dari bapa yang meretas roh kita menjadi                          ada. Dalam lingkup makrokosmos, Bapanya adalah Bapa langit, Ibunya adalah Ibu                              Bumi. Bapanya jiwa bangsa Indonesia, Ibunya adalah nusantara Ibu Pertiwi.                                          Keduanya mencetak “pancer” atau guru sejati kita. Maka, pancer kita adalahpancerku                          kang ana sa ngisore langit, lan pancerku kang ana sa nduwure bumi. Sang Bapa dalam                          bancakan weton dilambangkan pula berupa bubur putih (santan kelapa). Lalu kedua                              bubur merah dan putih, disilangkan, ditumpuk, dijejer, merupakan lambang dari                                    percampuran raga antara Bapa dan Ibu. Percampuran ragawi yang diikat oleh rasa                                sejati, dan jiwa yang penuh cinta kasih yang mulia, sebagai pasangan hidup yang                                  seiring dan sejalan. Perpaduan ini diharapkan menghasilkan bibit regenerasi yang                                berkwalitas unggul. Dalam jagad makro, keselarasan dan keharmonisan antara bumi                            dan langit menjadukan keseimbangan alam yang selalu melahirkan berkah agung,                                berupa ketentraman, kedamaian, kebahagiaan kepada seluruh penghuninya.                                          Melahirkan suatu negeri yang tiada musibah dan bencana, subur makmur, gemah                                  ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta raharja.

BUNGA KANANGA (Kembang KENONGO, Keneng-an/ngenang)

BUNGA KENANGA
Atau gapailah..! segala keluhuran yang telah dicapai oleh para pendahulu. Berarti generasi penerus seyogyanya mencontoh perilaku yang baik dan prestasi tinggi yang berhasil dicapai para    leluhur semasa hidupnya. Kenanga, kenang-en ing angga. Bermakna filosofis agar supaya anak turun selalu mengenang atau mengingat, semua “pusaka” warisan leluhur berupa benda-benda seni, tradisi, kesenian, kebudayaan, filsafat, dan ilmu spiritual yang banyak mengandung nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom). sehingga menjadi generasi yang memiliki ilmu-pengetahuan dan budi pekerti yang baik dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat.


BUNGA MELATI (Kembang MELATHI, rasa melad saka njero ati)


BUNGA MELATI
Dalam berucap dan berbicara hendaknya kita selalu mengandung ketulusan dari hati nurani yang paling dalam. Lahir dan batin haruslah selalu sama, kompak, tidak munafik. Menjalani segala sesuatu tidak asal bunyi, tidak asal-asalan. Kembang melati, ataumlathi, bermakna filosofis bahwa setiap orang melakukan segala kebaikan hendaklah melibatkan hati (sembah kalbu), jangan hanya dilakukan secara gerak ragawi saja.





DLINGO dan BANGLE

DLINGO DAN BANGLE
Keduanya termasuk rempah-rempah, atau empon-empon. Bengle bentuk luarnya mirip jahe. Tetapi baunya sangat menyengat dan bisa membuat puisng. Sedangkan dalamnya berwarna kuning muda. Karena baunya yangmblengersehingga di Indonesia jenis rempah ini tidak digunakan sebagai bumbu masak. Sebaliknya di negeri Thailand rempah ini termasuk sebagai bumbu masak utama. Entah apa sebabnya, bengle dan dlingo merupakan rempah yang sangat tidak disukai oleh bangsa lelembut. Sehingga masyarakat Jawa sering memanfaatkannya sebagai sarana penolak bala atau gangguan berbagai makhluk halus. Anda dapat membuktikannya secara sederhana. Bila ada orang gila yang dicurigai karenaketempelanmahluk halus, atau jika ada seseorang sedang kesurupan, coba saja anda ambil bengle, atau parutan bengle, lalu oleskan di bagian tubuhnya mana saja, terutama di bagian tengkuk. Anda akan melihat sendiri bagaimana reaksinya. Biasanya ia akan ketakutan atau berteriak histeris lalu sembuh dari kesurupan. Dalam tradisi Jawa, jika ada orang meninggal dunia biasanya disiapkan parutan bengle dicampur dengan sedikit air digunakan sebagai pengoles bagian belakang telinga. Gunanya untuk menangkal sawan.


SUMBER : WIKIPEDIA, TREAD KASKUS, SABDALANGIT,dll

No comments:

Post a Comment